Kedungdowo Center bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulon Progo selenggarakan pertemuan dan diskusi dengan tema "Pemetaan dan Pengembangan Sekolah Muhammadiyah" pada tanggal 5 Maret 2020 di Rumah Makan Ingkung Sawah Wates. Diskusi diikuti dari perwakilan guru SD/MI, SMP/MTs Muhammadiyah se Kulon Progo, dan PDM Kulon Progo.
Hadir sebagai narasumber staf khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) Abdulah Mukti, M.Pd. Keterpurukan sekolah muhammadiyah di Kulon Progo membuat prihatin PPM. Menurut data anak usia sekolah dasar (SD) Muhammadiyah di Kulon Progo daya tampung 9.856 namun realisasi peserta didik hanya 5.846, yang apabila dipukul rata per kelas 15 anak walaupun kenyataan di lapangan ada yang cuma 4 anak seperti yang terjadi di SD Muh Jarakan Kebonharjo.
Hal di atas pula menimbulkan keprihatinan dari kampus besar Muhammadiyah yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sehingga muncullah program KKN MUHAMMADIYAH MENGAJAR.
Setiap sekolah mempunyai masalah, harapan, potensi, dan strategi. Hampir semua sekolah muhammadiyah di Kulon Progo karena jumlah murid yang sedikit menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah berkurang. Faktor penyebab lain yaitu sebagian besar guru di sekolah swasta merupakan Guru Tidak Tetap (GTT). Padahal di sekolah Muhammadiyah pelajaran dan jam belajar agama Islam lebih banyak dibanding sekolah negeri.
"Di sini harus ada sinergi positif antara tomas, sekolah, PDM , PCM, dan PRM. Kita saling berdaya, bergandengan tangan, dan bekerja keras bersama menghidupkan sekolah muhammadiyah", tandas Abdullah Mukti.
Ada keresahan yang dialami beberapa sekolah swasta apabila kebijakan baru pemerintah yang menyebutkan bahwa sekolah minimal memiliki 60 peserta didik untuk mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berlaku di semua sekolah tak terkecuali sekolah Muhammadiyah.