Berbagai upaya yang digiatkan pemerintah Kalurahan Kebonharjo bersama kader dalam penanganan dan pencegahan stunting berbuah manis, hal ini terlihat dari menurunnya angka stunting dari tahun ke tahun. Pada awal penanganan stunting tahun 2018 prevalensi stunting di Kebonharjo 33,3%. Dari 132 balita di Kalurahan Kebonharjo 44 diantaranya stunting, dan 22 dari 44 balita stunting tersebut berada pada kelompok usia 0-23 bulan. Jumlah tersebut menurun menjadi 30,3 % di tahun 2019, dan 23% di tahun 2020. Pandemi covid di tahun 2020 berdampak cukup signifikan dalam penanganan stunting sehingga angka stunting kembali naik menjadi 24%. Rendahnya frekuensi penanganan baik yang dilakukan pemerintah kalurahan maupun oleh posyandu ternyata sangat mempengaruhi pencapaian angka stunting.
Namun demikian di tahun berikutnya angka stunting di Kebonharjo kembali turun menjadi 19,7% di awal tahun 2022, dan kembali menurun menjadi 14,7 % pada Desember 2022.
Sedang pada baduta (anak kelompok usia 0-23 bulan) juga menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Pada awal penanganan stunting prevalensi stunting pada kelompok anak kurang dari 2 tahun 47,80% menunjukkan bahwa hampir separuh anak berusia kurang dari 2 tahun mengalami gagal tumbuh (stunting).
Namun jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun. Tahun 2019 menjadi 30,37%, tahun 2020 menjadi 13,63%, tahun 2021 menjadi 7% dan menjadi 2,7% pada Desember 2022.
Menurunnya prevalensi stunting pada kelompok usia 0-23 bulan menumbuhkan optimisme dan harapan bahwa pengentasan stunting di Kebonharjo akan membuahkan hasil.
Beberapa hal yang perlu dicatat dalam penanganan stunting ini antara lain:
1. Penanganan stunting bukan merupakan proses instan yang langsung terlihat hasilnya.
2. Penanganan harus dilakukan secara konsisten/terus menerus, program yang dilakukan di tahun sebelumnya sangat mempengaruhi keberhasilan di tahun berikutnya.
3. Melibatkan semua pihak terkait.
Keterlibatan dan sinergi dari semua pihak terkait sangat dibutuhkan akan penanganan stunting bisa dilakukan dengan tepat dan akurat.
4. Peran keluarga merupakan kunci utama keberhasilannya. Pola asuh dan pola konsumsi dalam keluarga menjadi penyebab munculnya sebagian besar kasus stunting di Kalurahan Kebonharjo disamping kondisi sosial ekonomi dan budaya.
5. Tindakan pencegahan harus dimulai dengan melibatkan remaja dan pasangan usia subur. Adanya kehamilan anak, kehamilan tidak diinginkan–gagal KB yang menimbulkan kehamilan risti dan berujung pada lahirnya bayi stunting dan atau BBLR merupakan faktor resiko meningkatnya angka stunting di Kebonharjo. (*)
Sumber data: hasil PSG 2018-2022.